5 Mahasiswa UNSERA Lolos Program Kampus Mengajar Kemendikbudristek Angkatan ke 5


UNSERA

Sebanyak 5 Mahasiswa Universitas Serang Raya (UNSERA) lolos seleksi Program Kampus Mengajar Angkatan 5 Tahun 2023 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. 

Program Kampus Mengajar merupakan bagian kegiatan pembelajaran asistensi mengajar di satuan pendidikan dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas. 


Wia Ukhrowia, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik dan Hukum semester 5 merupakan salah satu mahasiswa UNSERA yang lolos seleksi program ini. Sejak 1 Agustus 2022 ia ditempatkan untuk mengajar di SDN Cibingbin 1,  kecamatan Cibaliung Kabupaten Pandeglang, Banten. 


“Awal tahu program itu dari teman himpunan anak HIMANURA yang ikut Kampus mengajar 4 terus mulai cari tahu di IG” ujarnya. 

Dengan latar belakang keluarga yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan serta pengalamannya yang aktif dalam kegiatan sosial yang berhubungan dengan anak-anak, menjadikan Wia tertarik untuk mengikuti program Kampus Mengajar. “Jadi sesuai juga sama program kampus mengajar yang fokus di literasi dan numerasi,” tambahnya.

Ia juga tertarik dengan keuntungan yang didapatkan dari kegiatan ini. Dijelaskan di laman Kampus Merdeka bahwa mahasiswa akan mendapat Bantuan Biaya Hidup sebesar Rp 1, 2 juta per bulan, bantuan dana UKT (Uang Kuliah Tunggal) maksimal Rp 2,4 juta, serta pengakuan kredit semester hingga 20 SKS.


Wia juga menceritakan proses seleksi yang cukup panjang setelah melakukan pendaftaran. Ia harus mengikuti seleksi lainnya. Seleksi administrasi, sebagai tahap awal setelah pendaftaran. Dalam seleksi ini Wia mempersiapkan CV, fakta integritas, surat rekomendasi dekan, surat izin orang tua, surat kesehatan dan beberapa kelengkapan berkas lainnya. 

Setelah melewati proses administrasi, ia harus melewati 4 tes di antaranya: value clarification, survey kebinekaan, tes literasi, dan tes numerasi. 

“Setelah dinyatakan lolos kita diminta buat isi pemetaan sekolah. Tapi buat penugasan sekolah tetap kampus merdeka yang nentunin berdasarkan beberapa pertimbangan. Dan selanjutnya baru pembekalan selama 2 minggu dengan materi beragam,” imbuhnya.

Ia ditugaskan selama 16 minggu, dengan kegiatan yang beragam  mulai dari observasi sekolah, merancang program kerja dan melaksanakan kegiatan FKKS (forum koordinasi dan komunikasi sekolah). Program-program tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan sekolah. 

Selain kegiatan ngajar mengajar, ia melaksanakan Program peningkatan literasi dan numerasi dengan model pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menciptakan lingkungan literasi numerasi yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Wia pun melaksanakan program adaptasi teknologi, seperti memanfaatkan proyektor, laptop dan lain sebagainya. “Selanjutnya program SDGS seperti membawa bekal dalam langkah mengurangi sampah, membuat tempat sampah dari barang bekas,” lanjutnya. 

“kita selama 4 bulan itu belajar, mengajar, diajar.” Ujarnya. Banyak hal baru dan tantangan yang dia temui dan hadapi ketika menjalankan program ini. 

Wia pun membagikan tips untuk bisa mengikuti program ini. Di antaranya konsisten, komitmen dan mindfulness.  “Karena kampus mengajar ini timeline-nya cukup panjang, jadi butuh banget ketiga hal tadi supaya tetap antusias ngelewatin setiap prosesnya. Tapi itu semua sebanding sama apa yang bakalan didapat oleh kita. Semangat dan selamat berdampak.” Pungkasnya.